PROFIL DIAN SIDIK


LELAKI itu menyeka keringat di keningnya. Matanya seolah berat, menahan kantuk. Tak berapa lama, di bawah cahaya lampu syuting, dia beraksi bersama lawan mainnya, Vino Bastian. Tingkah polahnya konyol, culun, ndeso. Tambah lagi, dia mengocehkan bahasa Betawi dengan aksen Jawa medok. Ampun-ampunan kocaknya. Tak pelak sutradara dan kru terpingkal-pingkal dibuatnya.


Dialah Mardiansyah Kurniawan alias Dian Sidik, Aktris Kelahiran Surabaya 11 Oktober 1979 itu, sedang berakting untuk sinetron Calon Bini (SCTV) di sebuah perkampungan di kawasan Karet, Jakarta Selatan. Ingin melengkapi aktingnya dengan sesuatu yang menyegarkan dan menghibur, dia memasang ekspresi hingga bergaya jadul.

"Di sini aku berperan sebagai Jamal yang karakternya norak, sangat percaya diri. Apalagi saat mengejar-ngejar Nurlela (Marsha Timothy). Ayah Jamal (Harry De Fretes) Betawi, ibunya Jawa,” buka Dian.

Ini sinetron stripping pertama buat Dian. Sebelumnya, Dian dikenal sebagai Jaka Tingkir di sinetron Jaka Tingkir (2002-2007). Dia juga langganan main FTV. Bahkan, menjadi nomine di FTV Awards 2011 untuk kategori Pemeran Pembantu Pria Terfavorit. Tak sulit bagi Dian untuk beradaptasi dengan ritme kerja stripping yang begitu cepat. Hari ini syuting, skenario juga baru turun hari ini.

"Lumayan menantang. Ini, kan komedi romantis, jadi kami dituntut untuk selalu fresh. Walaupun kadang kelelahan juga kalau syuting sudah masuk jam 3 pagi," kata Dian dengan logat Jawa medok.

"Alhamdulillah chemistry-ku dengan Vino, Marsha, dan pemain lainnya sudah terbentuk. Apalagi peran-peran yang aku mainkan di FTV mirip dengan yang di sini (Calon Bini). Jadi, kami tinggal menyesuaikan dengan benang merah di skenarionya. Sebagian kami improvisasi sendiri. Kalau sama persis skenario sih bisa modar. Tapi kami tetap mempertahankan apa yang diinginkan penulis ceritanya," lanjut pria kelahiran Surabaya, 11 Oktober 1979 ini. Karakter Jamal yang seperti orang desa yang lugu diterjemahkan Dian dengan baik.

"Karena pindah ke Jakarta, dia harus berdialek Betawi. Sutradara memberikan kebebasan kepada saya untuk berimprovisasi. Biar Betawi dan Jawanya dapat keduanya," jelasnya.

Penampilan Jamal mungkin mengingatkan pada film-film Warkop DKI di era ‘80-an. Dengan dua kancing baju teratas dibuka, kerah baju sedikit ditegakkan bagian belakangnya. Biar kelihatan macho dan keren! "Jamal memang norak gitu deh," aku Dian menirukan aksen Jamal.


Bertarung melawan buaya

Putra kedua dari empat bersaudara pasangan Endang Perhastutik-Marsidik ini lahir di keluarga seniman.

"Aku dibesarkan di keluarga seni. Eyangku musisi, menurun ke ibuku. Dia penyanyi keroncong, juga pemain trompet. Itu sebabnya sejak kecil aku sudah diperkenalkan dengan seni musik. Bukan seni peran," cerita Dian. Bakat seni laki-laki yang bernama lengkap Mardianzah Kurniawan ini disalurkan melalui kegiatan marching band di sekolahnya.

"Dari SD sampai SMP aku ikut marching band. Terus ngeband. Saat SMA aku berhenti main trompet. Malas bersaing dengan kakak sendiri. Kakakku musisi jazz. Dia main trompetnya jago. Sering main di Bali dan Eropa. Sedang adikku penyanyi," beri tahu Dian.

Keluarga sebenarnya tdiak mengarahkan Dian untuk menjadi seniman juga. Keluarga membebaskannya untuk memilih yang ia suka.

"Karena aku enggak bisa baca not balok dengan lancar, akhirnya aku menekuni akting. Dari empat bersaudara, cuma aku yang enggak paham not balok. Padahal pemain trompet, kan mesti cerdas baca not balok!," serunya. Sebelum memutuskan berakting, Dian sempat mendaftar ke AKABRI. "Tapi gagal, karena NEM-nya terlalu kecil, hehehe," Dian sempat kecewa tidak masuk AKABRI.

Kekecewaan Dian terbayar setelah ditawari untuk bermain di sinetron Belahan Hati. “Aku mikir-mikir, soalnya kan aku enggak punya dasar akting. Ya sudah, aku coba saja. Aku berperan sebagai Yudistira Wibowo,” kenang Dian sembari menambahkan, harus take berkali-kali untuk satu adegan. “Nervous, sih enggak. Tapi goblok, iya. Lumayan banyaklah retake untuk seorang pemula,” Dian mengatakan blakblakan.

Pelan-pelan Dian belajar berakting dengan baik. Ia juga tidak sungkan-sungkan untuk bertanya kepada sutradara dan pemain senior. Setelah itu Dian main di Jaka Tingkir, produksi Diwangkara Film. Tak dinyana, akting Dian berkembang pesat. Ia bahkan tak tergantikan selama tujuh tahun.

“Alhamdulillah aku enggak pernah mengalami kecelakaan dan cedera. Di adegan awal, aku sempat lawan buaya benaran. Serius! Buayanya lumayan besar. Sekitar tiga meter. Yang bikin aku merasa bersalah, buayanya enggak sengaja mati karena aku. Mungkin karena aku terlalu keras mencekiknya. Jadi, lehernya aku jepit di lenganku, terus mati,” kenang Dian. Jadi ngeri nih kalau dekat-dekat Dian, hehehe.

Lepas Jaka Tingkir, Dian main FTV dengan peran-peran norak dan jadul! “Enggak mengerti kenapa aku sering dapat peran begitu. Yang kasting bilang, aku cocok untuk peran-peran begitu. Lagi pula, kan aku orang Surabaya. Jadi, kelebihanku dalam bahasa Jawa bisa dimanfaatkan,” tutur Dian. Biarlah, yang penting rezeki mengalir. “Ada yang bilang tampang ndeso, rezeki kota. Ada juga yang bilang, MMJB alias Mas-mas Jawa Banget. Wajarlah, tampang begini, kan cocok di kolosal. Bukan sinetron modern. Bahkan beberapa kali aku ditolak sejumlah PH. Alasan mereka, aku enggak bisa memperbaiki aksen Jawaku. Ya sudahlah,” tambah Dian pasrah.

Enaknya syuting FTV itu lokasinya berpindah-pindah. Kadang di Yogyakarta, kadang di kawasan Bromo, kadang di Bali. “Benar-benar enak. Syuting sekalian liburan,” katanya.

Di Bali Dian juga dikenal sebagai seorang peselancar. Hampir semua ombak pantai indah di Bali sudah pernah dijinakkan Dian. Yang belum tinggal Pantai Padang-Padang, yang terletak di kawasan perbukitan dekat Uluwatu. Pantai itu menurut Dian tidak banyak dikunjungi orang. Sehingga sangat menarik untuk surfing.

“Kekuatan ombaknya lumayan kencang dan bagus. Banyak karang besar juga. Kalau sampai tergulung ombak di situ, habislah kita. Makanya, aku penasaran pengin coba,” bilang Dian.

Pantas saja Dian memiliki tubuh kekar dengan otot-otot yang kencang.

“Yang pasti untuk menjaga stamina, aku rajin olahraga. Sebelum berangkat syuting, aku lari dulu, skipping, sit up. Kardio itu mesti. Tapi kalau jam tidur kurang, kalau lepas dari suplemen atau kurang nutrisi, kita habis. Alhamdulillah teori makan dan teori kehidupan yang aku terapkan bikin aku tetap fresh,” ujar Dian sembari menjelaskan, ada beberapa pantangan makanan.

“Sarapan bisa dengan otmeal, buah apel, tomat, multivitamin, susu, dan telur. Lalu makan suplemen untuk otak juga. Siang dan malam juga hampir sama. Aku enggak pernah jajan sembarangan,” jelas Dian.

Duda beranak satu

Dian adalah duda beranak satu. Dia pernah menikah beberapa tahun lalu dengan seorang perempuan bernama Mila, yang belakangan dikenal sebagai presenter sebuah tayangan infotainment. Tahun 2008, Dian bercerai dari Mila. Salah satu pemicunya, Mila dikabarkan tidak terima dengan penghasilan Dian yang tidak menentu. Menyakitkan. Bahkan, Dian sempat traumatis.

“Pelan-pelan trauma itu bisa terobati. Tuhan memberikan kesempatan kedua buatku untuk menata ulang semuanya. Insya Allah akan berguna untukku istri yang baru nanti,” Dian tidak mendendam kepada mantan istrinya.

Dian tidak ingin buru-buru mencari pengganti. Ia masih menikmati kesendiriannya. Lebih seru dan menyenangkan, begitu katanya. “Aku totally jomblo. Anakku ikut dengan mantan istri,” katanya. Dian tidak mematok kriteria muluk untuk calon istrinya kelak. Yang penting, bisa menerima dia apa adanya.


( Renariti.com )

Posting Komentar

  © Blogger templates Designed By RENA W. 2008

Back to TOP